Sabtu, 20 April 2013

Cinta Karena Allah


“Cintailah Allah karena nikmat yang dianugerahkan kepada kalian, cintailah aku karena cinta kalian kepada-Nya”. (HR. Tirmidzi dan Al-Hakim)
Alkisah pemuda pemuda sufi jatuh cinta pada seorang gadis. Cintanya pun berbalas. Namun malang, gadis itu dijodohkan orang tuanya dengan laki-laki lain. Karena dorongan cinta, gadis itu mencari siasat,”Aku datang padamu, atau kuatur cara supaya kamu bisa menyelinap ke rumahku”, begitu penjelasannya. “Tidak! Aku menolak kedua pilhan itu. Aku takut pada neraka yang nyalanya tak pernah padam!” itu jawaban sang pemuda sekaligus membuat sang gadis terhenyak.

Pemuda itu memenangkan iman atas syahwatnya dengan kekuatan cinta. “Jadi dia masih takut pada Allah?”, gumam sang gadis. Seketika ia tersadar, dan tiba-tiba dunia terasa kerdil di hadapannya. Ia pun bertaubat dan kemudian mewakafkan diri untuk beribadah. Tapi cintanya pada sang pemuda tidak mati. Cintanya berubah menjadi rindu yang berkelana dalam jiwa dan do’a-do’anya. Tubuhnya luluh latak didera rindu, dan akhirnya ia meninggal.

Sang pemuda terhentak. Itu mimpi buruk. Gadisnya telah pergi membawa semua cintanya. Maka kuburan sang gadislah tempat ia mencurahkan rindu dan do’a-do’anya. Sampai suatu saat ia tertidur di atas pusara sang gadis. Tiba-tiba sang gadis hadir dalam tidurnya, cantik, sangat cantik. “Apa kabar? Bagaimana keadaanmu setelah kepergianku”, tanya sang gadis. “Baik-baik saja. Kamu sendiri di sana bagaimana,”jawabnya sembari balik bertanya. “Aku di sini, di surga abadi, dalam nikmat hidup tanpa akhir.” Jawab sang gadis. “Do’akan aku, jangan pernah lupa padaku. Aku selalu ingat padamu. Kapan aku bisa bertemu denganmu”, tanya pemuda lagi. “Aku tidak pernah lupa padamu. Aku selalu berdo’a agar Allah menyatukan kita di surga, teruslah ibadah. Sebentar lagi engkau akan menyusulku,” jawab sang gadis.
Hanya tujuh malam setelah mimpi itu, sang pemuda pun menemui ajalnya. Atas nama cinta, ia memenangkan Allah atas dirinya sendiri, atas nama cinta pula Allah akan mempertemukan mereka. Cinta karena Allah, untuk Allah, bertemu dan berpisah karena Allah, mengantarkan pemiliknya pada kebahagiaan yang mendalam.
Tidak ada cinta yang mati disini. Semuanya bermuara pada Zat yang Maha Hidup dan Menghidupkan. Cinta di atas cinta, dan adakah yang lebih mulia cintanya dari suatu Zat yang begitu mencintai kita, yang tak pernah meninggalkan kita di saat kita galau dan bimbang. Cinta, semuanya atas nama cinta, cinta mampu mengangkat manusia menduduki posisi paling agung, ketika sang manusia mampu menempatkannya pada posisi terhormat di relung hatinya.
Cinta pada Yang Maha Mulia akan membuat seseorang jadi mulia, karena jiwanya terisi nuansa kemuliaan cinta yang ujungnya adalah menjayakan Allah dalam segala hal. Jiwanya tidak akan resah kalo-kalo cintanya ditolak. Cinta yang berlandaskan keyakinan pada Allah yang Maha Sempurna akan membuat dirinya tidak takut akan kenyataan. Apalah arti kehilangan harta, sanak famili, bahkan orang yang “dicintai”, jika cinta dan rindunya selalu terpaut pada perjumpaan dengan Sang Maha Kekasih.

Sudah semestinya cinta kepada Allah diletakkan di atas segala-galanya. Karena Dialah yang menciptakan cinta dan hati tempat cinta itu bersemayam. Cinta kepada Allah akan mewariskan kecintaan para hamba-Nya. Sebaliknya, cinta yang bukan karena-Nya hanya akan mengundang murka-Nya dan murka makhluk-Nya. Beruntunglah orang yang hanya mencintai Allah saja dalam hatinya, dan mencintai makhluk hanya sekedar mencintai karena-Nya.

Semestinya kita mencintai seseorang karena imannya, dan membenci seseorang karena maksiatnya. Tak selayaknya kepentingan duniawi mengubah arah cinta kita.

Semoga Allah menganugerahkan kepada kita cinta yang hakiki dan abadi hingga ke akhirat sana. Amin.

Sabtu, 13 April 2013

MENUTUP AURAT


Aurat dan Pakaian Keberhasilan pertama kali yang diperoleh iblis dalam menggoda manusia setelah ia mendapat vonis diusir dari surga adalah dengan melucuti pakaian Adam dan Hawa sehingga terbuka auratnya.
Allah berfirman:

Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga… (QS. 7/Al A’raf: 22)
Dan ketika aurat telah terbuka maka dampak maksiat yang muncul kemudian sebagai akibat logisnya tidak dapat dihindarkan lagi. Di samping telah runtuhnya kehormatan dan kemuliaan seseorang dengan aurat yang terbuka itu. Maka Allah swt memperingatkan manusia agar berhati-hati menjaga auratnya dari godaan setan yang senantiasa mengintainya.
Allah berfirman:

“Hai anak Adam sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah mudahan mereka selalu ingat. Hai anak Adam janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihatmu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah jadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman. QS. 7/Al A’raf: 26-27

Makna Aurat
Kata “aurat” menurut bahasa berarti an naqshu (kekurangan). Dan dalam istilah syar’iy (agama), kata aurat berarti: sesuatu yang wajib di tutup dan haram dilihat. Dan para ulama telah bersepakat tentang kewajiban menutup aurat baik dalam shalat maupun di luar shalat.
Menjaga aurat adalah konsekuensi logis dari konsep menundukkan pandangan, atau sering pula disebut sebagai langkah kedua dalam mengendalikan keinginan dan membangun kesadaran, setelah konsep menundukkan pandangan. Dari itulah dua hal ini diletakkan dalam satu rangkaian ayat yang mengisyaratkan adanya hubungan sebab akibat, atau keduanya sebagai dua langkah strategis yang saling mendukung.

Hakikat menutup Aurat
Hakikat pakaian menurut Islam ialah untuk menutup aurat, yaitu menutup bagian anggota tubuh yang tidak boleh dilihat oleh orang lain. Syariat Islam mengatur hendaknya pakaian tersebut tidak terlalu sempit atau ketat, tidak terlalu tipis atau menerawang, warna bahannya pun tidak boleh terlalu mencolok, dan model pakaian wanita dilarang menyerupai pakaian laki-laki. Selanjutnya, baik kaum laki-laki maupun perempuan dilarang mengenakan pakaian yang mendatangkan rasa berbangga-bangga, bermegah-megahan, takabur dan menonjolkan kemewahan yang melampaui batas.

AKU PASTI MATI

HIDUP DAN MATI
Apa perbedaan mati dan hidup?
Orang mati tidak lagi makan, minum, mendengar, mengenal, berfikir, tidak merasa apa yang ada menurut pandanan kita, tidak berkembang, tidak bernafas, tidak menikah, tidak melahirkan anak. Orang hidup sebaliknya.
Maka renungkanlah dengan baik. Bagaimana makanan yang mati dan beku itu berubah menjadi kehidupan. Terjadi setiap hari di tubuh kita. Perhatikan tanganmu yang dahulu kecil, kemudian dengan makanan yang sudah mati itu semakin bertambah besar, sehinggga menjadi tangan yang hidup. Lalu bandingkan dengan tangan mayit, yang dahulu aktif dan hidup, tiba-tiba menjadi kaku dan mati.
Maka siapakah yang memberikan kehidupan pada benda-benda mati? Dan siapakah yang memutuskan kematian pada makhluk hidup?
Berhala-berhala mati, tidak memiliki kematian atau kehidupan.
Alam mati, tidak memiliki kematian dan kehidupan, akal atau pengelolaan.
Sesungguhnya semua yang hidup akan dipaksa mati. Dia harus mati. Karena kematian dan kehidupan tidak ada di tangannya, akan tetapi ada di tangan Allah. Pemilik segala sesuatu. Melakukan apa yang diinginkan. Firman Allah:
“Kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi, dia menghidupkan dan mematikan, dan dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Al Hadidi: 2)
“Dan dialah yang menghidupkan dan mematikan, dan dialah yang (mengatur) pertukaran malam dan siang. Maka apakah kamu tidak memahaminya?” (Al-Mukminun: 80).
MATI SETELAH HIDUP
Mengapa kita mati?
Sesungguhnya hanya Allah yang menghidupkan kita dan mematikan kita. Allah swt telah memberitahukan kepada kita bahwa hikmah dari kematian adalah perpindahan dari darul amal (rumah kerja) menuju darul jaza’ (rumah balasan), setiap orang mendapatkan balasan dari apa yang pernah dikerjakan. Firman Allah:
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia Telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (Ali Imran: 185)
TIDAK ADA TEMPAT BERLARI DARINYA
Adakah tempat berlari dari kematian?
Aneh sekali orang yang tidak meyakini kematian, padahal ia menyaksikan orang-orang mati. Kematian itu tidak ada seorangpun di muka bumi ini yang mengingkarinya. Akan tetapi banyak orang yang menolak dirinya mengenang kematian itu, bersiap menghadapi pasca kematian. Mereka berlari dari mengingatnya padahal mereka akan menemuinya, menjauhkan diri darinya padahal kematian itu mendatanginya. Firman Allah:
“Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, Maka Sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, Kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu dia beritakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan.” (Al-Jumu’ah: 8 )
KEPUTUSAN YANG DITUNDA
Apakah kematian itu ada di tangan manusia?
Jawabannya jelas. Sesungguhnya hidup itu tidak ada di tangan manusia, jika tidak demikian maka setiap orang yang mati akan menghidupkan dirinya sendiri. Demikian juga kematian tidak ada di tangan manusia. Jika ada di tangan manusia maka tidak ada seorangpun di muka bumi ini yang mati.
Lalu ada di tangan siapa?
Kematian ada di tangan Yang telah menghidupkan dan menciptakan manusia. Di tangan Allah swt. Anda akan melihat ketentuan umum yang berlaku pada sunnatul maut wal hayat (mati dan hidup). Pada waktu kurang dari seratus tahun kita umumnya sudah mati, sebagaimana sebelum seratus tahun yang lalu kita belum ada di dunia. Demikianlah orang-orang sebelum kita, meski dengan perbedaan umur dan bilangan tahun….
“Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu. Maka apabila Telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” (Al-A’raf: 34)
Masing-maing kita akan hidup terbatas, ditentukan dengan ilmu Allah swt. Dan peran kita di dunia ini juga sudah jelas sesuai dengan ketentuan umum. Masing-masing kita memiliki ajal terbatas. Jika telah datang tidak bisa ditunda. Betapa banyak orang yang dalam keadaan sehat wal afiat, dengan mendadak berpindah ke sisi Rabbnya.
Ditunjukkan kepadanya sebab yang paling kecil, bagi kematiannya. Firman Allah:
“Sesungguhnya ketetapan Allah apabila Telah datang tidak dapat ditangguhkan, kalau kamu Mengetahui.” (Nuh: 4)
Sebaliknya betapa banyak orang yang mengalami sakit yang sangat berbahaya, mengalami luka yang berat, atau tercabik-cabik oleh senjata perang, atau penyakit berat lainnya. Betapa banyak orang yang menghadapi serangan tepat dan mematikan, atau situasi yang membinasakan, akan tetapi mereka tetap hidup, tidak mati. Hal ini karena ajalnya belum sampai. Firman Allah:
“Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang Telah ditentukan waktunya.” (Ali Imran: 145)

Kamis, 11 April 2013

Kisah Seorang Putri Sholihah yang Menakjubkan

Diterbitkan pada 17 January 2012.

Kisah seorang wanita yang bernama 'Abiir yang sedang dilanda penyakit kanker. Ia mengirimkan sebuah surat berisi kisahnya ke acara keluarga mingguan "Buyuut Muthma'innah" (rumah idaman) di Radio Qur'an Arab Saudi, lalu menuturkan kisahnya yang membuat para pendengar tidak kuasa  menahan air mata mereka. Kisah yang sangat menyedihkan ini dibacakan di salah satu hari dari  sepuluh terakhir di bulan Ramadhan lalu (tahun 2011). Berikut ini kisahnya –sebagaimana dituturkan kembali oleh sang pembawa acara DR Adil Alu Abdul Jabbaar- :

Ia adalah seorang wanita yang sangat cantik jelita dan mengagumkan, bahkan mungkin tidak berlebihan jika dikatakan bahwa kecantikannya merupakan tanda kebesaran Allah. Setiap lelaki yang disekitarnya berangan-angan untuk memperistrikannya atau menjadikannya sebagai menantu putra-putranya. Hal ini jelas dari pembicaraan 'Abiir tatkala bercerita tentang dirinya dalam acara Radio Qur'an Saudi "Buyuut Muthma'innah". Ia bertutur tentang dirinya:

"Umurku sekarang 28 tahun, seorang wanita yang cantik dan kaya raya, ibu seorang putri yang berumur 9 tahun yang bernama Mayaa'. Kalian telah berbincang-bincang tentang penyakit kanker, maka izinkanlah aku untuk menceritakan kepada kalian tentang kisahku yang menyedihkan….dan bagaimana kondisiku dalam menghadapi pedihnya kankerku dan sakitnya yang berkepanjangan, dan perjuangan keras dalam menghadapinya. Bahkan sampai-sampai aku menangis akibat keluhan rasa sakit dan kepayahan yang aku rasakan. Aku tidak akan lupa saat-saat dimana aku harus menggunakan obat-obat kimia, terutama tatkala pertama kali aku mengkonsumsinya karena kawatir dengan efek/dampak buruk yang timbul…akan tetapi aku sabar menghadapinya..meskipun hatiku teriris-iris karena gelisah dan rasa takut. Setelah beberapa lama mengkonsumsi obat-obatan kimia tersebut mulailah rambutku berguguran…rambut yang sangat indah yang dikenal oleh orang yang dekat maupun yang jauh dariku. Sungguh…rambutku yang indah tersebut merupakan mahkota yang selalu aku kenakan di atas kepalaku. Akan tetapi penyakit kankerlah yang menggugurkan mahkotaku…helai demi helai berguguran di depan kedua mataku.

Pada suatu malam datanglah Mayaa' putriku lalu duduk di sampingku. Ia membawa sedikit manisan (kue). Kamipun mulai menyaksikan sebuah acara di salah satu stasiun televisi, lalu iapun mematikan televisi, lalu memandang kepadaku dan berkata, "Mama…engkau dalam keadaan baik..??". Aku menjawab, "Iya". Lalu putriku memegang uraian rambutku…ternyata uraian rambut itupun berguguran di tangan putriku. Iapun mengelus-negelus rambutku ternyata berguguran beberapa helai rambutku di hadapannya. Lalu aku berkata kepada putriku, "Bagaimana menurutmu dengan kondisiku ini wahai Mayaa'..?", iapun menangis. Lalu iapun mengusap air matanya dengan kedua tangannya, seraya berkata, "Waha mama…rambutmu yang gugur ini adalah amalan-amalan kebaikan", lalu iapun mulai mengumpulkan rambut-rambutku yang berguguran tadi dan meletakkannya di secarik tisu. Akupun menangis melihatnya hingga teriris-iris hatiku karena tangisanku, lalu aku memeluknya di dadaku, dan aku berdoa kepada Allah agar menyembuhkan aku dan memanjangkan umurku demi Mayaa' putriku ini, dan agar aku tidak meninggal karena penyakitku ini, dan agar Allah menyabarkan aku menahan pedihnya penyakitku ini….

Keeseokan harinya akupun meminta kepada suamiku alat cukur, lalu akupun mencukur seluruh rambutku di kamar mandi tanpa diketahui oleh seorangpun, agar aku tidak lagi sedih melihat rambutku yang selalu berguguran… di ruang tamu…, di dapur…di tempat duduk…di tempat tidur…di mobil…tidak ada tempat yang selamat dari bergugurnya rambutku.

Setelah itu akupun selalu memakai penutup kepala di rumah, akan tetapi Mayaa putriku mengeluhkan akan hal itu lalu melepaskan penutup kepalaku. Iapun terperanjak melihat rambutku yang tercukur habis. Ia berkata, "Mama..kenapa engkau melakukan ini ?!, apakah engkau lupa bahwa aku telah berdoa kepada Allah agar menyembuhkanmu, dan agar rambutmu tidak berguguran lagi?!. Tidakkah engkau tahu bahwasanya Allah akan mengabulkan doaku…Allah akan menjawab permintaanku…!!, Allah tidak menolak permintaanku…!!. Aku telah berdoa untukmu mama dalam sujudku agar Allah mengembalikan rambutmu lebih indah lagi dari sebelumnya…lebih banyak dan lebih cantik. Mama…sudah sebulan aku tidak membeli sarapan pagi di sekolah dengan uang jajanku, aku selalu menyedekahkan uang jajanku untuk para pembantu yang miskin di sekolah, dan aku meminta kepada mereka untuk mendoakanmu. Mama…tidakkah engkau tahu bahwasanya aku telah meminta kepada sahabatku Manaal agar meminta neneknya yang baik untuk mendoakan kesembuhanmu??. Mamaa…aku cinta kepada Allah…dan Dia akan mengabulkan doaku dan tidak akan menolak permintaanku…dan Dia akan segera menyembuhkanmu"

Mendengar tuturan putriku akupun tidak kuasa untuk menahan air mataku…begitu yakinnya ia…, begitu kuat dan berani jiwanya…lalu akupun memeluknya sambil menangis…".

Putriku lalu duduk bertelekan kedua lututnya menghadap kiblat dan mengangkat kedua tangannya berdoa agar Allah menyembuhkanku sambil menangis. Ia menoleh kepadaku dan berkata, "Mama..hari ini adalah hari jum'at, dan saat ini adalah waktu mustajaab (terkabulnya doa)…aku berdoa untuk kesembuhanmu. Ustadzah Nuuroh hari ini mengabarkan aku tentang waktu mustajab ini." Sungguh hatiku teriris-iris melihat sikap putriku kepadaku... Akupun pergi ke kamarku dan tidur. Aku tidak merasa dan tidak terjaga kecuali saat aku mendengar lantunan ayat kursi dan surat Al-Fatihah yang dibaca oleh putriku dengan suaranya yang merdu dan lembut…aku merasakan ketentaraman…aku merasakan kekuatan…aku merasakan semangat yang lebih banyak. Sudah sering kali aku memintanya untuk membacakan surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Naas kepadaku jika aku tidak bisa tidur karena rasa sakit yang parah…akupun memanggilnya untuk membacakan al-Qur'an untukku.

Sebulan kemudian –setelah menggunakan obat-obatan kimia- akupun kembali periksa di rumah sakit. Para dokter mengabarkan kepadaku bahwa saat ini aku sudah tidak membutuhkan lagi obat-obatan kimia tersebut, dan kondisiku telah semakin membaik. Akupun menangis karena saking gembiranya mendengar hal ini. Dan dokter marah kepadaku karena aku telah mencukur rambutku dan ia mengingatkan aku bahwasanya aku harus kuat dan beriman kepada Allah serta yakin bahwasanya kesembuhan ada di tangan Allah.

Lalu aku kembali ke rumah dengan sangat gembira…dengan perasaan sangat penuh pengharapan…putriku Mayaa' tertawa karena kebahagiaan dan kegembiraanku. Ia berkata kepadaku di mobil, "Mama…dokter itu tidak ngerti apa-apa, Robku yang mengetahui segala-galanya". Aku berkata, "Maksudmu?". Ia berkata, "Aku mendengar papa berbicara dengan sahabatnya di HP, papa berkata padanya bahwasanya keuntungan toko bulan ini seluruhnya ia berikan kepada yayasan sosial panti asuhan agar Allah menyembuhkan uminya Mayaa". Akupun menangis mendengar tuturannya…karena keuntungan toko tidak kurang dari 200 ribu real (sekitar 500 juta rupiah), dan terkadang lebih dari itu.

Sekarang kondisiku –Alhamdulillah- terus membaik, pertama karena karunia Allah, kemudian karena kuatnya Mayaa putriku yang telah membantuku dalam perjuangan melawan penyakit kanker yang sangat buruk ini. Ia telah mengingatkan aku kepada Allah dan bahwasanya kesembuhan di tangan-Nya…sebagaimana aku tidak lupa dengan jasa suamiku yang mulia yang telah bersedekah secara diam-diam tanpa mengabariku yang merupakan sebab berkurangnya rasa sakit yang aku rasakan.

Aku berdoa kepada Allah agar menyegerakan kesembuhanku dan juga bagi setiap lelaki atau wanita yang terkena penyakit kanker. Sungguh kami menghadapi rasa sakit yang pedih yang merusak tubuh kami dan juga jiwa kami…akan tetapi rahmat Allah dan karuniaNya lebih besar dan lebih luas sebelum dan susudahnya"

(Diterjemahkan oleh Firanda Andirja, semoga Allah menyegerakan kesembuhan bagi ukhti 'Abiir)

10 Permintaan Iblis kepada Allah SWT

Menyusul diusirnya Iblis dari surga, maka Iblis meminta 10 hal kepada Allah SWT sebagai kompensasi atas dikeluarkannya dia dari surga Allah. Permintaan itu dijelaskan Iblis sendiri ketika suatu waktu dia datang atas perintah Allah kepada Nabi Muhammad SAW yang sedang memberikan taushiyah kepada para sahabatnya di rumah beliau. Inilah dialog antara Nabi dengan Iblis yang terekam dalam sejarah Islam.
Iblis berkata;
1. Aku minta agar Allah membiarkan aku berbagi dalam harta dan anak manusia, Allah pun mengizinkan.
Allah berfirman “Berbagilah dengan manusia dalam harta dan anak. dan janjikanlah mereka.  Tidaklah janji setan itu kecuali tipuan.” (QS Al-Isra :64)
Harta yang tidak dizakatkan, aku makan darinya. Aku juga makan dari makanan haram (yang diperoleh dari cara-cara yang melawan agama Allah, seperti riba, memakan harta anak yatim, harta judi, harta korupsi, dsb). Aku juga makan dari makanan yang tidak dimakan tanpa menyebut nama Allah sebelumnya.
2. Aku minta agar Allah membiarkan aku ikut bersama dengan orang yang berhubungan intim dengan isterinya tanpa berlindung dengan Allah. Saat itu anak-anakku (setan) ikut bersama (bercinta) dengan mereka dan anak yang dilahirkan oleh istrinya nanti, akan sangat patuh kepadaku dan anak-anakku.
3. Aku minta agar boleh ikut bersama dengan orang yang menaiki kendaraan bukan untuk tujuan yang halal, seperti pergi ke tempat-tempat maksiat.
4. Aku minta agar Allah menjadikan kamar mandi (dan toilet) sebagai rumahku.
5. Aku minta agar Allah menjadikan pasar (mall) sebagai masjidku.
6. Aku minta agar Allah menjadikan syair-syair (musik yang melalaikan manusia dari Allah) sebagai Alqur’anku.
7. Aku minta agar Allah menjadikan pemabuk sebagai teman tidurku.
8. Aku minta agar Allah memberikanku saudara, maka Dia jadikan semua manusia yang membelanjakan hartanya untuk maksiat sebagai saudaraku.
Allah SWT berfirman “Orang-orang boros adalah saudara-saudara setan.” (QS Al-Isra : 27).
9. Wahai Muhammad, aku minta agar Allah membuatku bisa melihat manusia sementara mereka tidak bisa melihatku.
10. Aku minta agar Allah memberiku kemampuan untuk bergerak dalam aliran darah manusia.
Iblis lalu melanjutkan “Wahai Muhammad, aku tak bisa menyesatkan orang sedikitpun. Aku hanya bisa membisikkan dan menggoda. Jika aku bisa menyesatkan, tak akan tersisa walau seorang pun di planet ini untuk beriman kepada Allah SWT. Sebagaimana dirimu sendiri. Tidak bisa memberikan hidayah sedikitpun. Engkau hanyalah rasul yang menyampaikan amanah. Jika engkau bisa memberikan hidayah (petunjuk keimanan), tak akan ada satupun kaum kafir di muka bumi ini. Aku hanya bisa menjadi penyebab untuk orang yang telah ditentukan sengsara hidupnya. Orang yang bahagia adalah orang yang telah ditulis bahagia sejak di perut ibunya. Orang yang sengsara adalah orang yang telah ditulis sengsara semenjak dalam kandungan ibunya.”
Rasulullah SAW lalu membaca ayat “Mereka akan terus berselisih kecuali orang-orang yang dirahmati oleh Allah SWT” (QS Hud :118 – 119) dan “Sesungguhnya ketentuan Allah pasti berlaku” (QS Al-Ahzab : 38)
Sebagai penutup, Iblis berkata lagi “Wahai Muhammad rasulullah, takdir telah ditentukan dan pena takdir telah kering. Maha Suci Allah yang menjadikanmu pemimpin para nabi dan rasul, pemimpin makhluk-makhluk yang beruntung, pemimpin penduduk Surga. Maha Suci Allah yang telah menjadikan aku pemimpin makhluk-makhluk yang merugi, dan pemimpin penduduk Neraka. Akulah orang yang celaka dan terusir. Ini yang ingin aku sampaikan kepadamu dan aku tak berbohong kepadamu saat ini”.
Siapakah Iblis itu?
Iblis dahulunya merupakan pemimpin dari para Malaikat yang tinggal di langit. Dia beribadah kepada Allah SWT selama ratusan ribu tahun hingga diberi karunia olehNya berupa wajah yang sangat tampan dan berpenampilan fisik sangat indah. Dalam suatu riwayat menyebutkan, karena begitu taatnya Iblis saat itu kepada Allah SWT, sampai-sampai dia memiliki 600 sayap yang menyamai jumlah sayap yang dimiliki pemimpin para malaikat, Jibril as.
Kejatuhan Iblis dimulai saat Allah SWT menciptakan nabi Adam as sebagai khalifah di planet bumi. Iblis pun dengki dan bersaksi di hadapan Allah SWT, bahwa dia lebih mulia dari Adam as karena dia diciptakan dari api. Dia merasa dengki kepada Adam as yang telah menikmati karunia besar berupa penghormatan dari Allah dan para malaikat sejak pertama kali dirinya diciptakan, sementara Iblis harus bekerja keras dengan beribadah selama ratusan ribu tahun untuk mencapai posisinya yang sekarang. Iblis pun mengingkarinya. Sejak saat itu iblis menjadi musuh utama yang sebenar-benarnya bagi anak cucu Adam as (umat manusia) hingga hari Kiamat nanti.
Berikut kronologis kejadiannya yang diabadikan dalam Alqur’an.
Kemudian Allah memerintahkan kepada para malaikat, “Sujudlah kalian kepada Adam! lalu mereka pun sujud. Kecuali Iblis. Dia enggan dan menyombongkan dirinya. Jadilah dia termasuk golongan yang ingkar (kafir).” (QS Al A’raaf : 12 – 18)
Allah berfirman, “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud kepada Adam ketika Aku memerintahkanmu?”
Iblis menjawab, “Aku lebih baik dari dia. Engkau ciptakan aku dari api sedangkan Engkau ciptakan dia (Adam) dari tanah.”
Allah berfirman, “Turunlah kamu darinya (Surga), karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya. Maka keluarlah! Sesungguhnya kamu termasuk (golongan) yang hina.”
Dia pun meminta kepada Allah untuk menangguhkan kematiannya hingga hari kiamat. Iblis dendam kepada manusia, sebagai keturunan nabi Adam as, karena kehadirannya, obsesinya jadi makhluk nomor satu sepanjang masa jadi buyar. Iblis mempunyai keturunan dari bangsa jin yang disebut Setan. Setelah diberi waktu tangguh, seluruh jin dan manusia yang menjadi pengikutnya; berbuat maksiat, melawan Allah, dan memelihara keangkuhan dan kebakhilan, juga disebut Setan.
Iblis berkata, “Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan (hari Kiamat).”
Berfirman Allah, “Sesungguhnya kamu termasuk yang orang-orang diberi tangguh.”
Iblis bersumpah, “Karena Engkau telah menghukumi saya tersesat, saya SUNGGUH-SUNGGUH akan menghalangi mereka dari jalan Engkau yang lurus (Shirathal Mustaqim). Kemudian saya akan mendatangi mereka dari depan dan dari belakang, dari kanan dan kiri mereka. Engkau tidak akan menemukan mayoritas dari mereka (ke dalam golongan) yang bersyukur.”
Allah berfirman, “Keluarlah kamu darinya (surga) sebagai yang terhina lagi terusir. Sesungguhnya siapa saja di antara mereka (manusia dan jin) yang mengikuti (jejak) kamu, Aku akan benar-benar mengisi neraka Jahannam itu dengan kalian.”
Saat dikutuk, wajahnya yang semula luar biasa tampan, menjadi luar biasa buruk, mirip wajah kambing yang cacat. Diapun memiliki tanduk dan wajahnya sendiri ada banyak di beberapa bagian tubuhnya. Wujudnya yang buruk rupa itu sebagai simbol keangkuhan dan kedengkiannya di hadapan Yang Maha Kuasa, dan sebagai persaksian dirinya sebagai raja dari makhluk-makhluk yang dimurkaiNya.
Iblis juga berhasil mengukir prestasi dalam sejarah, sebagai makhluk yang pertama kali berbohong di alam semesta ini, dengan membohongi nabi Adam as beserta istrinya Siti Hawa agar mau memakan buah Khuldi yang terlarang untuk dimakan. Dia menjelaskan kepada keduanya, siapa saja yang memakan buah itu, akan menjadi abadi di dalam surga.
Dalam sebuah kitab karangan Imam al-Ghazali disebutkan bahwa Iblis sebelum dilaknat oleh Allah, bernama asli Azazil. Dia memiliki banyak nama/julukan, dari prestasinya beribadah kepada Allah SWT selama ratusan ribu tahun, yaitu:
* Langit pertama Azazil dikenal sebagai al-Abid (ahli ibadah)
* Langit kedua Azazil dikenal sebagai ar-Raki (ahli ruku) karena prestasinya selalu sempurna dalam rukunya
* Langit ketiga Azazil dikenal sebagai as-Saajid (ahli sujud) karena prestasinya selalu sempurna dalam sujudnya
* Langit keempat Azazil dikenal sebagai al-Khaasyi (selalu merendah dan takluk kepada Allah) salah satu makhluk
Allah yang paling taat setelah para malaikat sebelum dia dikutuk oleh Allah SWT atas keangkuhan dan kedengkiannya kepada nabi Adam as
* Langit kelima Azazil dikenal sebagai al-Qaanit (selalu ta’at) sebelum dia bertemu dengan Adam as
* Langit keenam Azazil dikenal sebagai al-Mujtahid (bersungguh-sungguh dalam beribadah)
* Langit ketujuh Azazil dikenal sebagai az-Zahid (sederhana dalam menggunakan sarana hidup)
Semoga dengan ini, kita bisa lebih mawas diri supaya Allah SWT tidak memasukkan kita kepada golongan Iblis dan Setan, sekarang dan selamanya. Amin.
Wallahu A’lam Bisshawab.

Bolehkah Bersikap Santai Menghadapi Hari Kiamat?

Ummat Islam sangat disayang oleh Allah subhaanahu wa ta’aala sehingga mereka tidak diizinkan Allah subhaanahu wa ta’aala mengalami peristiwa dahsyat hari Kiamat. Beberapa saat menjelang Kiamat akan berlangsung Allah subhaanahu wa ta’aala bakal mengutus angin sejuk untuk mencabut nyawa setiap orang yang memiliki keimanan walau seberat biji atom agar tidak perlu mengalami dahsyatnya peristiwa Kiamat.

ثُمَّ يُرْسِلُ اللَّهُ رِيحًا بَارِدَةً مِنْ قِبَلِ الشَّأْمِ فَلَا يَبْقَى عَلَى وَجْهِ الْأَرْضِ أَحَدٌ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ خَيْرٍ أَوْ إِيمَانٍ إِلَّا قَبَضَتْهُ

Rasulullah bersabda: “Kemudian Allah melepaskan angin dingin yang berhembus dari Syam. Maka tidak seorangpun dari manusia yang beriman kecuali dicabut nyawanya.” (HR Muslim 14/175)


قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ رِيحًا مِنْ الْيَمَنِ أَلْيَنَ مِنْ الْحَرِيرِ فَلَا تَدَعُ أَحَدًا فِي قَلْبِهِ قَالَ أَبُو عَلْقَمَةَ مِثْقَالُ حَبَّةٍ و قَالَ عَبْدُ الْعَزِيزِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ إِيمَانٍ إِلَّا قَبَضَتْهُ

”Sesungguhnya Allah subhaanahu wa ta’aala akan mengutus suatu angin yang lebih lembut dari sutera dari arah Yaman. Maka tidak seorangpun (karena angin tersebut) yang akan disisakan dari orang-orang yang masih ada iman walau seberat biji dzarrah (atom) kecuali akan dicabut ruhnya.” (HR Muslim 1098)

Setelah semua orang beriman dicabut nyawanya dari muka bumi, maka tersisalah manusia-manusia paling jahat, paling kafir, paling musyrik di dunia. Atas mereka inilah Kiamat bakal terjadi. Sehingga peristiwa Kiamat menjadi azab mengerikan yang menimpa mereka sebelum azab lebih dahsyat yang menanti mereka di akhirat kelak.

عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَقُومُ السَّاعَةُ إِلَّا عَلَى شِرَارِ النَّاسِ

Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Kiamat tidak akan berlangsung kecuali menimpa atas orang-orang yang paling jahat.” (HR Muslim 5243)


فَيَبْقَى شِرَارُ النَّاسِ فِي خِفَّةِ الطَّيْرِ وَأَحْلَامِ السِّبَاعِ لَا يَعْرِفُونَ مَعْرُوفًا وَلَا يُنْكِرُونَ مُنْكَرًا فَيَتَمَثَّلُ لَهُمْ الشَّيْطَانُ فَيَقُولُ أَلَا تَسْتَجِيبُونَ فَيَقُولُونَ فَمَا تَأْمُرُنَا فَيَأْمُرُهُمْ بِعِبَادَةِ الْأَوْثَانِ وَهُمْ فِي ذَلِكَ دَارٌّ رِزْقُهُمْ حَسَنٌ عَيْشُهُمْ ثُمَّ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ

..." sehingga yang tersisa hanya manusia jahat yang tidak memiliki keimanan. Mereka tidak mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk hingga syetan muncul dan berkata: ”Mengapa kalian tidak memenuhi seruanku saja?” Mereka menjawab: ”Apa yang kalian perintahkan pada kami?” Syetan memerintahkan kepada mereka untuk menyembah berhala. Maka merekapun mengikuti saran tersebut. Sedangkan mereka berada dalam kehidupan yang serba berkecukupan, kemudian ditiuplah sangkakala (hari kiamatpun datang).” (HR Muslim 14/175)

Bila demikian keadaannya, bolehkah seorang muslim bersikap santai dan acuh tak acuh terhadap peristiwa dahsyat Kiamat? Sudah barang tentu TIDAK…! Sebab tidak seorangpun mengetahui kapan datangnya hari Kiamat. Jangankan sembarang manusia, bahkan Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam sekalipun tidak tahu persis hari, tanggal, bulan dan tahun bakal terjadinya hari Kiamat.

يَسْأَلُكَ النَّاسُ عَنِ السَّاعَةِ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللَّهِ

”Manusia bertanya kepadamu tentang hari berbangkit/hari Akhir/hari Kiamat. Katakanlah, "Sesungguhnya pengetahuan tentang hari itu hanya di sisi Allah.” (QS Al-Ahzab ayat 63)

Jadi kita tidak dibenarkan menyikapi hari Kiamat dengan bersantai-santai hanya mentang-mentang kita termasuk muslim yang dijamin tidak bakal mengalaminya. Padahal kita tidak tahu persisnya kapan hari itu akan tiba. Yang pasti, Allah subhaanahu wa ta’aala memerintahkan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam untuk mengkondisikan ummatnya agar meyakini bahwa hari Kiamat sudah dekat waktu kedatanganannya. Walau kedatangannya tidak jelas, tapi ummat diarahkan untuk selalu standby menghadapinya dengan menghayati bahwa kedatangannya sudah dekat. Tidak ada satupun ayat maupun hadits yang membenarkan sikap menganggap bahwa Kiamat masih jauh.

وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّ السَّاعَةَ تَكُونُ قَرِيبًا

“Dan tahukah kamu (hai Muhammad), boleh jadi hari itu sudah dekat waktunya.” (QS Al-Ahzab ayat 63)

عَنْ أَنَسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بُعِثْتُ أَنَا وَالسَّاعَةُ كَهَاتَيْنِ
قَالَ وَضَمَّ السَّبَّابَةَ وَالْوُسْطَى (مسلم)

Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu ’anhu berkata: Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Aku dan hari kiamat diutus (berdampingan) seperti ini.” Anas berkata:”Dan beliau menghimpun jari tengah dan jari telunjuknya.” (HR Muslim 14/193)

Di samping itu, Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam mengingatkan kita bahwa beberapa saat sebelum tibanya hari Kiamat dunia bakal diselimuti rangkaian fitnah yang begitu dahsyat sehingga menjadi laksana potongan malam yang gelap-gulita. Sedemikian hebatnya keadaan fitnah-fitnah saat itu sehingga akan banyak dijumpai orang yang begitu mudah berubah menjadi kafir padahal asalnya beriman. Bahkan perubahan dari iman menjadi kafir tersebut berlangsung dalam tempo yang sangat singkat. Tidak memerlukan proses dan waktu yang lama.

إِنَّ بَيْنَ يَدَيْ السَّاعَةِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ فِيهَا مُؤْمِنًا
وَيُمْسِي كَافِرًا وَيُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا

”Sesungguhnya menjelang hari Kiamat banyak fitnah bermunculan laksana malam gelap. Pagi hari seseorang beriman dan sore harinya kafir. Sore hari beriman paginya kafir.” (HR Ibnu Majah 11/455)

Dunia yang kita hadapi dewasa ini saja sudah terasa diwarnai begitu banyak fitnah. Marilah kita bersungguh-sungguh mempersiapkan diri menghadapi bakal datangnya hari dahsyat Kiamat. Marilah kita jauhi sikap santai dan acuh tak acuh terhadap fenomena hidup di Akhir Zaman menjelang datangnya Kiamat. Marilah kita tingkatkan pengetahuan dan keyakinan kita akan tanda-tanda menjelang datangnya Kiamat agar kita dapat mengantisipasi dan menyesuaikan diri dengan skenario ilahi yang bakal –insyaAllah- pasti terjadi. Semoga Allah subhaanahu wa ta’aala memasukkan kita ke dalam golongan yang tidak salah mensikapi segenap tanda demi tanda Akhir Zaman yang kian membenarkan kenabian Rasulullah Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam.

KUBURAN SEDANG MENUNGGU KITA

Dikatakan oleh para arif billah; Bahwa sesungguhnya setiap kali ada manusia yang lahir, maka itulah awal dari kematiannya. Se-dangkan setiap kali di antara mereka ada yang mati, maka itulah pula awal kehidupan yang sesungguhnya. Kehidupan yang kekal, yang bermula dari suatu tempat yang sempit dan gelap gulita di salah satu sisi bumi yang disebut sebagai kuburan. Akan tetapi sayangnya banyak di antara mereka yang dilalaikan oleh dunia dan tidak pernah ingat bahwa dirinya akan masuk dan dimasukkan ke dalam kuburan tersebut. Tempat dimana ia akan diuji coba apakah ia-nya termasuk orang yang selamat atau tidak.

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal; At-Tirmidzi diceritakan bahwa: Hani' salah seorang pembantu Sayyidina Utsman bin Affan r.a menuturkan: “Jika Utsman berdiri di samping kuburan, maka beliau menangis hingga basah jenggotnya. Saya berkata kepada beliau: “Wahai amirul mukminin, jika engkau mengingat surga ataupun neraka engkau tidak pernah menangis. Lalu mengapa engkau menangis karena kuburan ini.” Lalu beliau menjawab: “Sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda : "Kuburan adalah awal kehidupan akhirat. Jika seseorang selamat daripadanya, maka selanjutnya pasti menjadi lebih mudah. Dan jika ia tidak selamat daripadanya, maka setelahnya akan lebih mengerikan." Setelah itu Sayyidina Utsman berkata lagi bahwa: “Rasulullah SAW juga bersabda: “Aku tidak melihat suatu pemandangan yang lebih mengerikan melainkan kuburan lebih mengerikan daripadanya."

Dalam riwayat lain diceritakan pula bahwa Khalifah Umar bin Abdul Aziz r.a yang juga disebut-sebut sebagai “khulafaur-rasyidin yang ke 5” dalam sejarah Islam, suatu hari telah menasihati para sahabatnya dengan berkata :

“Wahai para sahabatku, jika suatu waktu kalian melewati kuburan, lihatlah betapa berdempetnya rumah-rumah para penghuninya. Kemudian panggillah mereka yang ada di dalamnya jika engkau bisa memanggil.

Tanyakanlah kepada orang-orang kaya yang telah berdiam di sana, apakah masih tersisa kekayaan mereka. Dan kepada orang-orang miskin di antara mereka, tanyakan pula apakah masih tersisa kemiskinan mereka?

Tanyakan pula tentang lisan-lisan yang dengannya mereka berbicara, sepasang mata yang dengannya mereka melihat indahnya pemandangan. Juga keadaan tentang kelembutan dan kehalusan kulit tubuh mereka; tentang wajah-wajah mereka yang cantik jelita. Dan apakah yang telah diperbuat oleh ulat-ulat yang ada di dalam dan di balik kain kafan mereka.

Tanyakan pula tentang pelayan-pelayan mereka yang setia serta diimanakah tumpukan harta dan sederetan pangkat yang mereka miliki. Dimanakah rumah-rumah mewah mereka yang menjulang tinggi. Dimanakah kebun-kebun mereka yang rindang dan subur. Dimanakah pakaian-pakaian mereka yang indah-indah yang harganya mahal-mahal. Dimanakah kendaraan-kendaraan mewah kesukaan mereka. Dimanakah kolam renang dan telaga pribadi mereka. Bukankah mereka kini berada di tempat yang sangat sunyi? Bukankah siang dan malam bagi mereka sama saja? Bukankah mereka berada dalam kegelapan? Bahkan mereka telah terputus dengan amal mereka. Berpisah dengan orang-orang yang mereka cintai, harta dan segenap keluarganya. Karena itu wahai sahabat, sebagai orang yang tak lama lagi akan menyusul mereka masuk ke dalam kuburan! Kenapa engkau terpedaya dengan dunia?

Cobalah renungkan setiap saat tentang orang-orang yang telah pergi meninggalkan kita. Sungguh mereka amat berharap untuk bisa kembali ke dunia. Agar bisa menghimpun amal sebanyak-banyaknya. Tetapi, itu semua tidak mungkin terjadi karena mereka telah dikuburkan.”

Dalam kisah yang lain pula diriwayatkan, bahwa apabila teringat pada keadaan-keadaan kuburan yang tak menyenangkan tersebut, maka seorang hamba Allah yang ta’at yang bernama Syaikh Yazid Ar-Riqasyi rahimahullah meratap dan berkata kepada dirinya:

“Celakalah engkau wahai Yazid!. Siapakah yang akan mendirikan shalat untukmu setelah engkau mati?. Siapakah yang akan berpuasa untukmu setelah engkau mati? Siapakah yang akan memintakan maaf untukmu setelah engkau mati.Lalu siapakah yang akan menyelamatkan engkau dari azab kubur yang sangat mengerikan itu.” Dan setelah itu beliau menangis sejadi-jadinya dan berusaha dengan sungguh-sungguh memelihara amal ibadahnya, lantaran mengenangkan betapa pedihnya kematian dan azab kubur yang akan dihadapinya.

Sementara itu seorang hamba Allah lainnya yang bernama Syaikh Ar-Rabi' bin Khutsaim rhmlh telah menggali dan membuat liang kubur di rumahnya, dan jika ia rasakan hatinya menjadi keras dan merasa malas untuk beribadah, maka beliaupun masuk ke dalam lahat yang telah digalinya tersebut sambil membayangkan bahwa dirinya telah mati. Kemudian di dalam lahat tersebut dengan perasaan penuh sesal beliau bacakan berulang kali firman Allah SWT:

“Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu, hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka (kemudian dikuburkan) diapun berkata: “Ya Tuhanku, kembalikanlah aku ke dunia; agar aku dapat berbuat amal yang saleh terhadap apa yang telah aku tinggalkan….” (Q.S.Al-Mu’minuun: 99-100)

Setelah itu iapun menjawab sendiri:

“Wahai Ar-Rabi’ kini engkau akan dikembalikan ke dunia, oleh sebab itu hendaklah pada hari-hari yang akan kau lalui senantiasa berada dalam keadaan beribadah dan bertakwa kepada Allah.”

Sekarang stelah menyimak beberapa petikan riwayat yang telah disampaikan di atas, maka mari pula kita bertanya kepada diri sendiri; Pernahkah kita menyadari, bahwa suatu ketika kita juga akan menjadi penghuni kuburan yang sempit dan gelap gulita. Pernahkah bangkit kesadaran kita ketika pada hari-hari yang lalu silih berganti kita antarkan keluarga teman ataupun kerabat kita ke kuburan, bahwa kelak kita juga akan diantar dan ditanam seperti mereka. Diusung dari benderangnya dunia yang fana ini ke dalam gelap gulitanya kuburan. Dibawa dari rumah tempat berkumpul dengan ahli keluarga yang ceria lalu dimasukkan ke dalam kuburan tanpa ada yang ikut serta. Lalu sudahkah sudah siap segala perbekalan kita.

Mudah-mudahan pengajaran yang singkat ini dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allahu Azza Wa Jalla. Dan semoga saja kuburan kita akan menjadi istana yang menyenangkan dengan segala kelezatan dan kenikmatan. Bukan penjara yang menyedihkan dengan segala siksaan dan penderitaan. Sebab sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dari Abdullah bin Umar r.a, bahwa Rasulullah SAW telah berpesan kepada Abu Dzarr Al Giffari r.a:

“Wahai Abu Dzarr, dunia adalah penjara bagi orang muslim; kuburan adalah tempat tinggalnya dan surga adalah tempat kembalinya. Sebaliknya wahai Abu Dzarr. Dunia adalah surga bagi kafir, kuburan adalh tempatnya disiksa dan neraka adalah tempat kembalinya.”

Wallahua’lam

Nama-nama / kelompok Iblis Yang Menggoda Manusia

Iblis Zailatun (زَيْلَة ٌ )

Iblis ini bertugas untuk menjerumuskan para pedagang di pasar agar berdusta, mau me­ngurangi timbangan, membuat onar diantara para pedagang, dan melakukan bujuk rayu kepada para pedagang agar melakukan pe­nyimpangan dan kecurangan dalam aqad jual beli, dengan diiming-imingi agar cepat kaya.


Iblis Wawatsin

Iblis Wawatsin dalah Iblis yang bertugas menggoda dan menjerumuskan orang yang beriman agar selalu menggerutu, tidak sabar dan tidak ikhlas setiap kali menerima musi­bah, atau cobaan dari Allah Ta'ala.

"Sesungguhnya wanita-wanita yang merintih (lantaran menerima musibah) ini akan dijadikan kelak di hari kiamat dua barisan dalam neraka jahannam, satu barisan berada disebelah kanan penduduk neraka dan satu barisan lagi berada disebelah kiri, akhirnya mereka menggonggong kepada penduduk ahli neraka, sebagai­mana layaknya anjing-anjing yang menggonggong." (HR. Ath-Thabrani).

Iblis Akwan

lblis ini bertugas menyesatkan dan mem­pengaruhi para remaja dan pimpinan umat supaya selalu berbuat dzalim, menjauhi hal-­hal yang ma'ruf, menanamkan kesenangan berbuat munkar dan maksiat.

Hal ini telah dijelaskan oleh Allah dalam firman-Nya:

"... tetapi setan (Iblis) menjadikan umat-umat itu memandang baik perbutan meeka (yang buruk), maka setan menjadi pemimpin mereka di hari itu dan bagi mereka adzab yang sangat pedih. (QS. An-Nahl 16:63)

Iblis Hafaf

Iblis ini bertugas menyesatkan dan menje­rumuskan kaum muslimin ke lembah nista yang berlumur dosa dengan cara melakukan tipu daya dan bujukan agar kaum muslimin melanggengkan minum khamer. Sebab jika seseorang sudah minum khamer dan mabuk, maka segala bentuk kemung­karan yang lain dengan mudah ia laksana­kan. Seperti berzina, membunuh, berbuat aniaya, mencuri dan segala kemungkaran yang lain

Iblis Wamurah

Iblis Wamurah ini bertugas menjerumus­kan para penyanyi agar mendendangkan lagu yang penuh maksiat, mengajak berbuat munkar, serta lagu-lagu yang bersyair ke­bebasan tanpa etika. Juga menjerumuskan para penyanyi agar berpenampilan seronok, yang dapat mengundang luapan nafsu dan maksiat. Dengan demikian orang akan mudah digiring untuk dijebloskan dalam dunia munkar dan maksiat. Nyanyian dan biduanitanya itu termasuk salah satu alat Iblis yang paling ampuh untuk menjerumuskan orang ke dalam jurang kesesatan yang penuh dengan lumuran dosa.

Iblis Laqwas

Iblis Laqwas adalah Iblis yang bertugas mempengaruhi manusia agar tetap kafir, tetap musyrik dan tetap menyembah ber­hala atau sesembahan lainnya selain Allah. Sudah banyak orang yang disesatkan oleh Iblis Laqwas, terkadang ia mengganti ben­tuknya seperti seorang syekh lalu memberi­kan pelajaran atau tuntunan yang meng­arah kepada kemusyrikan dan pemurtadan dengan berbagai dalih serta promosi yang mengikat, sehingga banyak orang yang le­mah imannya keluar dari jalur Islam karena mengikuti saran Iblis Laqwas, hanya demi mendapatkan sesuap nasi, jabatan, kedu­dukan, pekerjaan, fasilitas, bahkan ada yang rela melepaskan keimanannya demi sang kekasih.

Iblis A'war

Iblis ini bertugas untuk mempengaruhi dan menggoda laki-laki dan wanita untuk melakukan perbuatan zina, atau melakukan perbuatan maksiat lainnya.

Iblis A'war menggunakan "Pandangan Mata" sebagai cara yang paling ampuh untuk mem­bakar nafsu kaum lelaki dan wanita untuk berbuat maksiat.

Mujahid berkata : Ketika wanita itu meng­hadap, maka Iblis duduk di kepalanya untuk menghiasi Wajah wanita tersebut agar tampak menarik bagi orang yang melihatnya, dan jika wanita itu berpaling ke belakang, maka Iblis duduk di pantatnya untuk meng­hiasi pantat tersebut agar tampak menarik bagi orang yang melihatnya.

Iblis Al-Wasnan

Banyak orang terjerumus menjadi ahli mak­siat, bahkan dirinya sampai rela menanggal­kan aqidahnya yang disebabkan oleh malas beribadah.

Malas beribadah itu menunjuk­kan lemah keimanannya, bahkan keimanan­nya bisa sebagai lipstik belaka, sebagai pe­manis bibir saja, buktinya ia mengaku ber­iman tetapi tidak mau beribadah, bahkan perintah agama ia tentang, larangannya ia terjang. Orang-orang seperti inilah yang setia menjadi pengikut Iblis Al-Wasnan, yang malas beribadah tetapi senang bermaksiat. Al-Qur'an telah memperingatkan kaum muslimin agar tidak mengikuti langkah-­langkah Iblis, sebab Iblis itu menyesatkan, menyauhkan orang agar tidak beribadah ke­pada Allah Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an surat Al-An'am 142:

"Dan janganlah kamu mmglkuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu. (QS. Al An'am 6:142)"

Dengan demikian, bila ada orang malas ber­ibadah, senang berbuat munkar, maka dia telah menjadi teman Iblis.

Iblis Dasim

Iblis yang satu ini~bertugas untuk mempe­ngaruhi, menggoda dan mendorong suami istri untuk melakukan penyelewengan. Dengan terjadinya penyelewengan, maka sudah barang tentu rumah tangganya akan menjadi berantakan, tidak harmonis, jauh dari kebahagiaan yang pada akhimya nanti akan terjadi perceraian. Inilah yang diingin­kan oleh Iblis Dasim.

Semoga kitat tidak terjerumus kedalam ajakan iblis..

Selasa, 09 April 2013

Curhat Kepada Allah

“Sebaik-baik curhat adalah curhat kepada Allah, di atas sajadah, di sepertiga malam.”
Kalimat di atas suatu ketika pernah saya tuliskan di teamline saya.  Dengan maksud memberi tahu kepada sahabat-sahabat, supaya ketika curhat, lebih memilih untuk curhat kepada Allah. Karena hal itu lebih utama dan lebih membawa manfaat. Karena Allah maha segala-galanya. Ketika seorang hamba mengadu kepada, tentu Dia pasti mendengar dan akan memenuhi segala keperluannya.
Sebagai manusia yang diciptakan oleh Allah memiliki perasaan. Maka sudah fitrah manusia untuk curhat. Curhat adalah kependekan kata dari “Curahan Hati”, maksudnya meluahkan perasaan.  Setiap kita tentu punya pengalaman curhat. Karena sudah pada umumnya begitu. Setiap mendapat, nikmat, kegembiraan, kebahagiaan, tentu ingin sekali berbagi cerita kepada orang lain, terutama orang-orang terdekat, untuk berbagi rasa. Dengan meluahkan rasa, nikmat yang didapat akan terasa bertambah nikmatnya. Ini bukanlah suatu hal yang salah, bahkan ianya sunah dan mampu meningkatkan rasa syukur. Istilahnya “tahdus binikmah”, “Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka ceritakanlah. (QS. Ad Dhuha: 11). Namun ketika menyampaikan tentu ada etikanya, tidak boleh sampai menjadi takabur oleh nikmat yang telah diperoleh.
Begitu pula ketika mendapat musibah, fitrah manusia untuk curhat, mengadu, meluahkan rasa. Ketika jiwa murung, hati bingung, di situ ia akan mencari tempat untuk berlindung atau orang yang bisa mendukung. Ia perlu tempat meluahkan rasa, pada orang yang dipercaya. Dengan curhat pada peristiwa yang menimpa, ia akan merasa beban menjadi ringan, kesedihan menjadi berkurang, kebuntuan menjadi lapang, kepedihan menjadi terobati dan kedukaan menjadi terhibur. Walaupun kadang yang menjadi tempat ia curhat tidak mampu membantunya secara nyata, namun dengan menjadi pendengar yang baik kadang sudah cukup. Dengan nasihat dan kata-kata semangat sudah membuat jiwanya kuat. Dengan dukungan yang diberikan sudah membuat ia tidak merasa sendirian.
Oleh karena itu, jika kita melihat pada kondisi kehidupan masyarakat. Karena didorong fitrah manusia untuk curhat, banyak sekali profesi yang secara tidak langsung sebenarnya berkaitan sebagai tempat curhat. Para dokter selain mengobati juga tempat curhat bagi para pasien. Para konsultan menjadi tempat curhat bagi para kliennya. Ibu menjadi tempat curhat bagi anak-anaknya. Guru menjadi tempat curhat bagi para muridnya. Pendakwah menjadi tempat curhat bagi umat atau jamaahnya. Murabbi menjadi tempat curhat bagi mutarabbinya. Ulama menjadi tempat curhat bagi masyarakatnya. Pemimpin menjadi tempat curhat bagi rakyatnya. Dan masih banyak yang lainnya, perlu tulisan yang panjang jika disebutkan semuanya.

Curhat bukan kebiasaan manusia zaman sekarang saja. Tapi memang fitrah ini telah ada sejak manusia pertama diciptakan. Mungkin hanya cara curhatnya saja yang berbeda. Bukankah Nabi Adam AS ketika diciptakan oleh Allah di surga sendirian. Lalu ia merasa kesepian, kemudian curhat kepada Allah supaya diberikan teman, maka Allah ciptakan Hawa dari tulang rusuknya sebagai pendamping. Bukankah Nabi Nuh AS ketika melihat keluarganya akan tenggelam ia curhat kepada Allah supaya mereka diselamatkan, namun Allah mengatakan bahwa sebenarnya mereka bukan termasuk keluarganya karena tidak beriman. Bukankah Nabi Yunus AS ketika berada di dalam perut ikan juga curhat kepada Allah, lalu Allah selamatkan.  Bukankah ketika Nabi Musa AS akan menghadapi Fir’aun juga curhat kepada Allah supaya diangkat Harun AS saudaranya untuk menemaninya karena ia lebih fasih ucapannya. Bukankah Nabi Yusuf AS ketika bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan yang bersujud kepadanya lalu ia curhat kepada ayahnya, lalu ayahnya menyuruhnya untuk merahasiakan dari saudara-saudaranya.
Bukankah Nabi Sulaiman AS ketika mendengar kata-kata raja semut, juga curhat kepada Allah karena bahagia dan bersyukur.Bukankah Maryam ketika akan melahirkan dan duduk keletihan di bawah pohon kurma kemudian curhat kepada Allah, lalu Allah beri pertolongan dengan menggugurkan kurma.  Bukankah Rasulullah ketika mendapat wahyu pertama di gua Hira lalu pulang ke rumah kemudian curhat kepada istrinya, lalu istrinya menghiburnya dengan kata-kata penyemangat. Selain itu Rasulullah setiap malamnya juga curhat kepada Allah pada shalat-shalat panjangnya, sampai-sampai kedua kakinya bengkak. Bukankah Umar bin Khattab yang terkenal keras itu ketika menghadap Allah begitu lembut hatinya melebihi perasaan gadis pemalu sekalipun. Setiap tengah malam curhat kepada Allah sampai janggutnya basah oleh air mata.
Jadi curhat itu, why not? Boleh-boleh saja. Curhat kepada manusia? Juga tidak ada masalah. Asalkan caranya benar, adab-adabnya terjaga. Caranya di antaranya, jika tahadus binnikmah, jangan sampai terbersit rasa sombong, jadikan nikmat kita menjadi penyemangat kebaikan kepada sesama. Jika nikmat itu bersifat rahasia, cukuplah curhat kepada orang-orang yang terpercaya, supaya jangan sampai justru menjadi sebab timbulnya fitnah. Begitu pula jika mendapat musibah, tak perlu menghebohkan musibah kita kepada semua. Karena dikhawatirkan bukan meringankan musibah, malah musibah bertambah dan menunjukkan bahwa kita sebagai orang yang lemah dan suka mengeluh. Tidak sabar menerima takdir. Cukuplah ketika mendapat musibah curhat kepada orang-orang terdekat, yang terpercaya dan mampu membantu, secara material maupun mental.
Begitu pula ketika mendapat kesusahan, tidak perlu curhat kepada semua orang, karena belum tentu dengan berbuat begitu kesusahan akan hilang. Justru hal itu bisa merendahkan harga diri, menyebalkan orang yang mendengar, membuat risih orang sekitar, tetapi cukuplah curhat pada orang tertentu yang mampu memberi solusi. Atau lebih baik lagi simpan kesusahan, cukuplah dilalui dengan kesabaran. Tidak perlu diperlihatkan. Biarlah Allah saja yang tahu, biarlah Allah saja yang membantu, dan biarlah Allah yang memberikan sebaik-baik pahala atas kesabaran.
Namun selain itu semua, jika kita meminta didoakan. Tidak ada salahnya kita meminta kepada siapa saja. Karena meminta doa orang lain adalah dianjurkan. Boleh jadi doa-doa dari orang lain itulah yang Allah kabulkan.  Bukankah ketika meminta doa kepada seseorang tidak perlu menceritakan segalanya apa yang ada pada diri kita.

Lalu bagaimana curhat yang paling baik? Seperti pernyataan di awal tulisan ini, bahwa sebaik-baik curhat adalah curhat kepada Allah, di atas sajadah, di sepertiga malam. Sebagai orang beriman, hendaknya menggantungkan semua urusan kepada Allah. Allah menjadi tempat pertama untuk meluahkan isi hati sebelum kepada yang lainnya. Yakinlah kepada pertolongan Allah, yakin kepada keputusan atau takdir Allah yang ditentukan adalah yang terbaik bagi kita. Karena Allah tahu apa yang terbaik bagi hambaNya. Boleh jadi kadang apa yang kita sangka baik belum tentu baik menurut Allah, dan bisa jadi apa yang kita tidak sukai justru sebenarnya itu yang terbaik untuk kita.
Jadi setiap kali mendapat nikmat atau musibah, yang pertama dan yang utama adalah curhat kepada Allah. Sampaikan dan luahkan apa yang ada di hati kita kepada Allah. Walau pun Allah sebenarnya maha tahu terhadap segala isi hati, namun Dia menyukai jika hambaNya meluahkan hati kepadaNya. Dengan luahan rasa syukur atau pun luahan rasa mengiba, meminta pertolongan. Jika seorang hamba meluahkan rasa bahagia dan syukur atas nikmatNya, maka Dia akan menambahkan nikmat tersebut dan menjadikannya berkah.  Jika seorang hamba mengadu dan meminta pertolongan padaNya, maka Dia akan menghilangkan musibah dan kesusahan atau memberi kekuatan dan kesabaran dalam menghadapinya.
Apa pun yang diperoleh manusia di dunia ini, mulai dari rezeki berupa harta, ilmu, keluarga, kedudukan dan yang lainnya. Semuanya adalah pemberian Allah, bukan semata-mata atas hasil usaha manusia. Usaha manusia itu hanya sebatas perantara. Oleh karena itu manusia tidak boleh melupakan Dzat yang maha memberi segalanya.
Curhat kepada Allah adalah bagian dari mengingat-Nya. Memang sebaik-baik ucapan adalah dzikir. Namun maksud dzikir bukan hanya dengan lisan, tapi juga dengan hati yang selalu mengingat Allah dan terikat denganNya.  Ia sebagai sumber ketenangan.
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar Ra’du:28)

Jadi sebagai seorang mukmin sudah seharusnya hatinya hanya dipenuhi dengan cinta kepada Allah. Cinta kepada Allah adalah yang utama sebelum mencintai yang lainnya. Rasa cinta kepada yang lainnya adalah dalam rangka mendapatkan dan menguatkan cinta kepadaNya.
Sumber ketenangan hanya dari Allah. Tidak ada yang pantas membuat seorang mukmin resah hanya karena hal dunia. Jadi jika kita mempunyai hajat, cukup curhat dan sampaikan kepada Allah. Karena itulah yang utama, sabar dan yakin sebagai syaratnya, dengan begitu Dia akan penuhi segala keperluan kita.  Mulai dari rezeki, ilmu, jodoh,  keturunan, kebahagiaan, kesehatan dan yang lainnya. Semuanya mintalah kepada Allah. Allah pasti akan kabulkan, walaupun kita belum tahu kapan dikabulkannya.  Allah maha tahu kapan waktu yang terbaik untuk memberikan kepada kita apa yang kita hajatkan.  Janji Allah pasti dipenuhi. Oleh karena itu, Curhatlah kepada Allah.


Rabu, 03 April 2013

Jilbab Adalah Pakaian Taqwa Seorang Muslimah

Perputaran roda kehidupan meninggalkan pergeseran sosial budaya yang berlaku dalam masyarakat. Kaum feminisme dan liberalisme bersatu membuat propaganda pemikiran perempuan untuk dapat hidup bebas tanpa batas. Indonesia dengan penduduk mayoritas muslim diiming-imingi dengan pemikiran Barat atas nama bias gender.
Islam oleh kaum feminisme dianggap agama yang mengekang kebebasan perempuan serta pembagian yang tidak adil terhadap hak waris, pernikahan, perwalian, perceraian, poligami dan hak berekspresi mengenakan pakaian. Padahal, saat ditelisik lebih jauh justru Islam hadir untuk memuliakan kaum perempuan dengan berbagai aturan yang ada.
Segala aturan yang ditetapkan Allah bukan untuk memberatkan manusia, melainkan untuk mempermudah urusan. Sebagai contoh jika harta waris sama antara laki-laki dan perempuan, maka kaum laki-laki terzhalimi karena ia juga menanggung beban hidup istri dan anak-anaknya. Sedangkan hak waris perempuan 100% untuk kepentingan dirinya sendiri.
Pada sisi yang lain, model berpakaian menjadi salah satu tameng yang digencarkan kaum feminisme dengan kebebasan mengumbar aurat. Ibarat sebuah intan, semakin bagus kualitas barang maka sang pemilik akan semakin hati-hati merawatnya. Tidak mungkin intan dibuang di tong sampah, sang pemilik tentu akan merawat dan menyimpan di tempat yang aman.
Logika berjilbab
Allah membuat aturan untuk manusia dengan pandangan kasih sayang, sedangkan manusia yang tidak bersyukur memandang aturan tersebut dengan pandangan nafsu syahwat. Hanya orang- orang yang beriman yang mampu berfikir dan menerima bahwa dengan menutup aurat kehormatan lebih terjaga.
Menutup aurat bukan berarti menanggalkan budaya modis dalam berekspresi. Perkembangan pemikiran para desainer jilbab menawarkan begitu banyak pakaian modis yang bisa tampil cantik. Namun tetap ada batasan bagi perempuan dalam berpakaian. Karena pakaian muslimah tidak hanya cukup menutup aurat, namun ada esensi yang akan dicapai.
Kewajiban menutup aurat berlaku bagi perempuan dan laki-laki. Hanya saja batasan di antara keduanya berbeda. Aurat laki-laki dari pusat hingga lutut, sedangkan perempuan seluruh anggota tubuh kecuali muka dan telapak tangan. Pun aurat tersebut bukan tidak boleh dilihat oleh semua orang, hanya segelintir orang saja yang tidak boleh melihat yaitu yang bukan muhrim
Muhrim maksudnya adalah yang termaktub dalam Q.S. An Nur ayat 31 yaitu suami, ayah, mertua laki-laki, anak laki-laki, anak laki-laki suami jika beda istri, saudara kandung, keponakan laki-laki, sesama muslimah, anak – anak yang belum tahu aurat perempuan dan hamba sahaya pada zaman dulu. Jadi tidak semua laki-laki tidak boleh melihat aurat perempuan.
Sehingga, seorang muslimah tidak harus mengenakan jilbab di rumah selama yang ada di rumah adalah yang semuhrim. Berbeda saat ada tamu laki-laki atau sepupu yang bertamu, seorang muslimah harus menutup auratnya. Jika ia tidak menutup aurat, maka selama ada laki-laki yang bukan muhrim memandang aurat perempuan, selama itu pula dosa terus mengalir.
Menutup aurat hukumnya wajib, bukan sunat. Sehingga jika tidak dilakukan akan mendapat dosa. Dan jika dilakukan mendapat pahala. Anekdot yang dipahami masyarakat adalah jika mengenakan jilbab tidak boleh meninggalkan shalat, memfitnah dan bentuk dosa lain. Artinya, masyarakat memandang lebih bagus buka aurat asalkan perilaku baik. Dari pada mengenakan jilbab tapi perilaku bejat.
Padahal, dengan berjilbab justru akan memotivasi agar berperilaku baik. Sehingga jilbab yang dikenakan muslimah merupakan pendorong dan penyebab untuk melakukan kebaikan-kebaikan yang lain.
Kalaupun ada seorang muslimah yang memakai jilbab namun perilakunya tidak baik, maka selama ia menutup aurat, ia terbebas dari dosa dan mendapat pahala. Sedangkan perilaku buruknya bernilai dosa. Kondisi ini sebagai cerminan bahwa manusia adalah makhluk lemah yang perlu selalu minta bimbingan kepada Allah swt.
Apabila ada seorang muslimah yang mengenakan jilbab namun perilaku sangat jauh dari tuntunan Islam, sepengamatan penulis orang-orang seperti ini berada di persimpangan jalan. Seiring berjalannya waktu, jika hati muslimah tersebut condong pada kebaikan maka perlahan perilakunya membaik. Sebaliknya jika hatinya condong kepada keburukan maka ia akan menanggalkan jilbabnya.
Sebagaimana minyak dan air tidak akan pernah bersatu dalam satu wadah. Begitu pula dengan kebaikan dan keburukan.  Sesungguhnya menutup aurat ringan dilakukan bagi yang menyadari bahwa diri perempuan adalah perhiasan dan barang mahal yang ditak bisa diobral. Sedangkan berat bagi yang mendahulukan nafsu syahwat sebagai Tuhan.
Menutup yang Syar’i
Perintah menutup aurat terdapat dalam Q. S. An Nur ayat 31 ” Dan katakanlah kepada para perempuan beriman, agar mereka menjaga pandangannya dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasan (auratnya) kecuali yang bisa terlihat….”
Para desainer pakaian tidak semua yang memperhatikan esensi dari jilbab yang digunakan yaitu untuk melindungi dan mudah dikenal. Melainkan untuk bisnis yang terkadang mengenyampingkan tujuan awal berjilbab, yaitu menutup aurat.
Pakaian boleh modis asalkan memenuhi kriteria agar tetap dianggap Allah menutup aurat, yaitu tebal agar tidak menerawang, tidak membentuk lekuk tubuh dan menutupi seluruh aurat.
Batasan tersebut agar muslimah tidak termasuk dalam hadits berikut “Sesungguhnya sebilangan ahli neraka ialah perempuan-perempuan yang berpakaian tapi telanjang yang condong kepada maksiat dan menarik orang lain untuk melakukan maksiat. Mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya“ (HR. Bukhari dan Muslim)
Kesalahan dalam menutup aurat yang biasanya terjadi adalah jilbab yang digunakan berukuran kecil sehingga tetap nampak bentuk dada perempuan, baik saat dilihat dari depan atau dari samping. Kemudian tidak mengenakan kaus kaki dan manset untuk melindungi pergelangan tangan.

Baju yang digunakan muslimah hendaknya menjulur hingga di bawah pinggul atau sampai paha, agar bentuk bokong tidak terlihat. Selain itu baju dan rok yang digunakan harus longgar, karena jika sempit akan membentuk tubuh.
Dari sisi kesehatan, perempuan yang menutup aurat akan terlindungi dari terik matahari. Kulit pun menjadi putih bersih dan tidak kering. Dengan pakaian yang longgar, sirkulasi angin dan darah akan lebih lancar dibandingkan pakaian jean yang ketat.
Pakaian seksi hanya akan menyiksa perempuan. Bagaimana tidak? Saat ingin duduk tangan sibuk menutupi bokong atau paha yang terbuka, sesekali menutupi dada saat ingin jongkok. Akhirnya, fungsi tangan tidak bebas beraktivitas. Tidak hanya itu, perasaan lekuk tubuh yang dilihat laki-laki ganjen juga akan merusak konsentrasi dan menurunkan produktivitas.
Sedangkan perempuan yang berpakaian menutup aurat dengan benar, ia akan bebas berlompat, lari, jongkok, duduk maupun berbaring. Karena pakaian yang dikenakan longgar dan seluruh auratnya telah tertutupi, sehingga bergerak seperti apapun tidak akan tersingkap. Untuk menjadi lebih shalihah perempuan membutuhkan lingkungan yang kondusif, teman yang baik dan jalan menuju surga membutuhkan proses belajar yang berkepanjangan.
Yang paling penting bagi perempuan yang dengan benar menutup aurat adalah, ia dipandang mulia tidak hanya di hadapan manusia, terlebih di hadapan Allah. “Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa  itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.” (QS. Al-A’raaf: 26).
Pakaian taqwa yang dikenakan perempuan shalihah mencerminkan dirinya sebagai simbol perhiasan dunia akhirat. Bahkan bidadari surga cemburu padanya. Di akhirat kelak, ia akan menjadi ratu, bidadari adalah dayang -dayang mereka.
Lalu mengapa perempuan tidak menahan diri sejenak dan bersabar menahan nafsu? Bukankah Allah tidak pernah ingkar janji dan negeri akhirat itu lebih kekal? Allah menunjuki kita jalan ke surga, dan setan selalu menggiring kita menuju neraka. Hidup adalah pilihan.
Wallahu’Alam…

Sumber : Dakwatuna

Selasa, 02 April 2013

Saudariku.. Kenalilah Tuhanmu, Nabimu, Dan Agamamu

Sebagian besar kaum muslimin mungkin tidak asing dengan pembahasan mengenai ‘Siapa Tuhanmu? Siapa Nabimu? Apa Agamamu?’ Banyak kajian-kajian keislaman yang selalu membahas masalah ini, karena ketiganya adalah tiga perkara pokok yang akan ditanyakan kepada seorang hamba ketika di alam kubur nanti. Barang siapa yang selamat darinya maka selamatlah dia dari siksa kubur. Namun bila tidak mampu menjawabnya, maka siksa kubur pun menantinya. Termasuk di manakah kita?
Mengetahui Tiga Landasan Pokok
Mengenal Allah, Nabi-Nya, dan agama Islam adalah tiga landasan pokok yang wajib diketahui seorang hamba. Jika seseorang mengetahui tiga hal ini serta melaksanakan segala konsekuensinya maka baginya keselamatan di dunia dan di akhirat kelak. Mengapa ini penting bagi seorang hamba? Sebab seorang hamba ketika di alam kubur akan ditanya, “siapa Rabbmu? siapa nabimu? dan apa agamamu?” Jika dia diberi taufik untuk menjawab tiga perkara di atas maka selamatlah dia dari siksa kubur di mana hal tersebut menjadi indikator keselamatannya di akhirat. Begitu pun sebaliknya, seorang hamba yang tidak bisa menjawab tiga perkara tersebut maka sengsaralah nasibnya di akhirat kelak. Wal-‘iyadzubillah.
Dalam pembahasan ini penulis hanya akan menyampaikan secara global masalah tiga landasan utama tanpa menjelaskannya secara terperinci. Berikut ini penjelasan ketiga landasan tersebut.
Landasan Pertama: Mengenal Allah Sebagai Rabb
Secara bahasa, kata Ar-Rabb bermakna pemelihara. Dari kata Ar-Rabb ini terkandung beberapa makna yang lain semisal Al-Malik (penguasa), Al-Mudabbir (pengatur), Al-Mutasharrif (pengatur)dan Al-Muta’ahhid (pemelihara). Penulis kitab Ushul Tsalatsah, Syaikh Muhammad At-Tamimi lebih memilih makna Ar-Rabb sebagai pemelihara. Sebagaimana beliau nyatakan dalam kitab beliau
ربي الله الذي رباني، وربى جميع العالمين بنعمه
“Rabbku adalah Allah yang memeliharaku dan memelihara seluruh alam semesta dengan nikmat-Nya…”
Kata Ar-Rabb juga bermakna ma’bud (sesembahan). Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Hai manusia, sembahlah Rabb-mu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.” QS. Al-Baqarah: 21)
Mengenai makna Rabb dari ayat di atas, Imam Ibnu Katsir mengatakan:
الخالقُ لهذه الأشياء هو المُسْتَحِقُّ للعبادةِ
“Sang Pencipta segala sesuatu adalah Dzat yang berhak disembah.” Hal ini selaras dengan tujuan diutusnya para Rasul yaitu untuk menyeru kaumnya agar hanya menyembah Allah saja dan tidak menyembah selain-Nya, sebagaimana yang difirmankan Allah ta’ala:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap ummat (untuk menyerukan): ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thagut itu’” (QS. An-Nahl: 36)
Mengapa penting bagi kita untuk mengenal Allah sebagai Rabb? Seorang hamba harus mengenal Rabbnya yang Maha Suci lagi Maha Tinggi yang diperoleh melalui kitab-Nya dan sunnah Rasul-Nya, baik itu berupa keesaan, nama-nama, maupun sifat-sifat-Nya. Dia adalah Rabb dari segala sesuatu dan Penguasanya, tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak disembah selain Dia dan tidak ada Rabb yang berhak diibadahi, melainkan Dia semata. Oleh karena itu kita wajib mengetahuinya agar kita benar-benar bisa mengabdi kepada-Nya dan dengan pengetahuan yang benar.
Adapun mengenal Allah bisa ditempuh dengan memperhatikan ayat-ayat-Nya dan makhluk-makhluk-Nya. Dari segi bahasa al-aayah [arab: الأية ] memiliki banyak arti, di antaranya bermakna burhan [arab: برهان ] (keterangan) dan dalil. Ayat Allah sendiri dibagi dua macam:
  1. Ayat-ayat syar’iyyah: maksudnya adalah wahyu yang dibawa para rasul, yang demikian itu adalah ayat-ayat Allah. Allah ta’ala berfirman:
  2. هُوَ الَّذِي يُنَزِّلُ عَلَى عَبْدِهِ آيَاتٍ بَيِّنَاتٍ
    Dialah yang menurunkan kepada hamba-Nya ayat-ayat yang terang (Al-Qur’an)” (QS. Al-Hadid: 9)
    Bagaimana wahyu bisa dijadikan dalil tentang keberadaannya Allah subhanahu wa ta’ala? Alasannya karena wahyu yang dibawa para rasul adalah wahyu yang sudah tersusun rapi dan sempurna serta tidak saling berlawanan. Allah menegaskan hal ini dalam Al-Qur’anul Karim:
    وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا
    Kalau kiranya Al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapatkan adanya pertentangan yang banyak di dalamnya” (QS. An-Nisa’: 82)
    Dengan demikian jelaslah bahwa Al-Qur’anul Karim merupakan dalil tentang adanya Rabb yang Maha Agung.
  3. Ayat-ayat kauniyah: yaitu para makhluk, seperti langit, bumi, manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan lain-lain.
Memahami Tauhid Sebagai Perintah Allah Terbesar
Berkaitan dengan wajibnya seorang hamba mengenal Allah—yakni untuk bisa benar-benar beribadah dengan pemahaman yang benar—maka seorang hamba pun harus mengetahui ibadah apa yang sangat diperintahkan Allah ta’ala kepada hamba-Nya. Perkara tersebut adalah tauhid.
Syaikh At-Tamimi, penulis kitab Ushul Tsalatsah, mendefinisikan tauhid sebagai pengesaan Allah dalah hal ibadah. Makna tauhid sendiri secara umum adalah pengesaan Allah dalam rububiyah, uluhiyah, dan nama serta sifat-sifat Allah. Untuk itu sebagian ulama membagi tauhid menjadi tiga macam, yaitu tauhid rububiyah, tauhid uluhiyah, dan tauhid asma’ wa shifat. Adapun penjelasan masing-masingnya adalah sebagai berikut:
  1. Tauhid rububiyah adalah keyakinan tentang keesaan Allah dalam perbuatan-perbuatan-Nya. Yaitu meyakini bahwa Allah Ta’ala sebagai satu-satunya Pencipta seluruh makhluk, Penguasa dan Pengatur segala urusan alam, Yang memuliakan dan menghinakan, Yang menghidupkan dan mematikan, Yang menjalankan malam dan siang, serta Yang maha kuasa atas segala sesuatu.
  2. Dengan demikian, tauhid rububiyah mencakup keimanan kepada tiga hal, yaitu: (1) beriman kepada perbuatan-perbuatan Allah Ta’ala secara umum, seperti menciptakan, memberikan rizki, menghidupkan, mematikan, dan lain-lain; (2) beriman kepada qadha dan qadar Allah Ta’ala; (3) beriman kepada keesaan Dzat-Nya.
  3. Tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah Ta’ala dalam tujuan perbuatan-perbuatan hamba yang dilakukan dalam rangka taqarrub (pendekatan diri) kepada Allah. Seperti, berdo’a, bernadzar, menyembelih kurban, bertawakkal, bertaubat, dan lain-lain.
  4. Kemurnian tauhid uluhiyah hanya akan diperoleh dengan mewujudkan dua hal mendasar, yaitu: (1) seluruh ibadah hanya diperuntukkan kepada Allah Ta’ala saja, bukan kepada yang lainnya; (2) dalam pelaksanaan ibadah tersebut harus sesuai dengan syari’at Allah Ta’ala.
  5. Tauhid asma’ wa shifat adalah keyakinan tentang keesaan Allah dalam hal nama dan sifat-Nya yang terdapat di Al-Qur’an dan As-Sunnah, disertai dengan meingimani makna-makna dan hukum-hukumnya (konsekuens-konsekuensinya).
  6. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam tauhid asma’ wa shifat adalah sebagai berikut: (1) Harus menetapkan semua nama dan sifat Allah Ta’ala, tidak menafikan (meniadakan) dan tidak pula menolaknya; (2) tidak boleh melampaui batas dengan menamai dan mensifati Allah Ta’ala di luar nama dan sifat yang telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya; (3) tidak menyerupakan nama dan sifat Allah Ta’ala dengan nama dan sifat para makhluk-Nya; (4) tidak boleh (dan tidak memungkinkan) untuk mencari tahu kaifiyah (bagaimananya) dari sifat-sifat Allah tersebut; (5) beribadah kepada Allah Ta’ala sesuai dengan konsekuensi nama dan sifat-Nya.
Keimanan seseorang kepada Allah Ta’ala tidak akan utuh sehingga berkumpul pada diri-Nya ketiga macam tauhid di atas. Tauhid rububiyah seseorang tidak akan berguna sehingga dia ber-tauhid uluhiyah. Sedangkan tauhid uluhiyah seseorang tidak akan lurus sehingga dia bertauhid asma’ wa shifat. Singkatnya, mengenal Allah Ta’ala saja tidaklah cukup kecuali seseorang tersebut benar-benar beribadah hanya kepada-Nya. Sedangkan beribadah kepada Allah Ta’ala tidak akan terwujud dengan benar tanpa mengenal Allah Ta’ala.