Sabtu, 03 November 2012

Titipan

Seringkali aku berkata, ketika orang memuji milikku, "Karena sesungguhnya ini hanyalah titipan.
Bahwa milikku hanya titipan-Nya.
Bahwa hartaku hanya titipan-Nya.
Bahwa Keluargaku hanya titipan-Nya".

Tetapi, mengapa kau tak pernah bertanya:

"Mengapa DIA menitipkannya padaku?
Untuk apa DIA menitipkannya padaku?
Dan kalau bukan milikku, apa yg harus kulakukan untuk milik-Nya ini?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yg bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu DIA minta kembali oleh-Nya?"

Ketika DIA minta kembali, kusebut itu sebagai musibah,
kusebut itu sebagai petaka,
kusebut itu sebagai ujian,
kusebut dengan panggilan apa saja untuk melukiskan itu adalah DERITA.

Ketika kuberdoa, kuminta titipan yg cocok dengan hawa nafsuku.
Aku ingin lebih banyak harta,
lebih banyak mobil,
lebih banyak rumah,
lebih banyak popularitas.
Dan kutolak sakit, kutolak kemiskinan.
Seolah semua derita adalah hukuman bagiku.
Seoalah keadilan dan kasih sayang-Nya harus berjalan seperti mate-matika.
Aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku, dan nikmat dunia kerap menghampiriku.

Kuperlakukan DIA seolah mitra dagang, dan bukan kekasih.
Kuminta DIA membalas perlakuan baikku dan menolah keputusan-Nya yg tak sesuai dengan keinginanku.
Padahal setiap hari dalam shalat kuucapkan, hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah.

"Ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja"

"Ketika masalah datang, Allah tidak meminta kita memikirkan jalan keluarnya hingga penat. Allah hanya meminta kita sabar dan shalat".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar